Pro Ecclesia et Patria
SENDANG KELAYU spirit of JLEGONG
Kamis, 04 Oktober 2012
GUA MARIA SENDANG KELAYU JLEGONG
Alamat : Dusun Jlegong ,Ngadirojo ,Wonogiri
Informasi lebih Lanjut bisa Call /Sms 085 620 656 90 (Yulius Widianto)
Gua Maria Fatima Sendang Klayu, Wonogiri Jul 12, '12 2:39 AM
untuk semuanya
Gua Maria Fatima Sendang Klayu, Jlegong
Paroki Yohanes Rasul Wonogiri
Maria Fatima Sendang Klayu
Rabu, 11 Juli 2012, paroki Yohanes Rasul Wonogiri merayakan ulang tahun yang ke 45 sejak dimekarkan dari paroki Baturetno. Dalam rangka itulah saya diundang untuk bersyukur bersama atas peristiwa yang bersejarah tersebut.
Senin, 9 Juli 2012, seusai perayaan Ekaristi syukur peringatan 13 tahun imamat Rama FX. Sugiyana dkk, malam hari kami meluncur ke Wonogiri. Dalam perjalanan malam itu saya ingat peristiwa 4 tahun yang lalu, 9 Juli 2008, saya diantar oleh wakil umat Keuskupan Agung Semarang mengadakan perjalanan malam juga dari Semarang menuju Bandung, Jawa Barat. Perjalanan malam itu suatu perjalanan mengikuti perintah Tuhan, “Bertolaklah ke tempat yang dalam” (Lk. 5: 4).
Setelah perjalanan dua setengah jam kira-kira kami sampai di gereja Yohanes Rasul Wonogiri. Beberapa wakil umat dan rama-rama duduk-duduk di depan gereja, menantikan kedatangan kami. Setelah berbincang sejenak melepaskan lelah, kami undur diri untuk istirahat malam itu, agar keesokan harinya dapat bangun dengan segar melaksanakan rencana yang telah disiapakan oleh Panitia.
Selasa, 10 Juli 2012, jam 08.00 kami meninggalkan pastoran untuk memulai kunjungan pastoral ke Timur Jauh, suatu rayon di wilayah paroki Wonogiri, yang direncanakan menjadi embrio stasi paroki Wonogiri di masa depan. Dalam perjalanan itu saya diantar singgah di Jlegong, suatu wilayah yang pernah saya kunjungi 4 tahun yang lalu. Di situlah terletak tempat ziarah Gua Maria Fatima Klayu. Perjalanan 4 tahun yang lalu saya lakukan dalam rangka asistensi Minggu Paska itu saya beri judul “JALAN SALIB KEHIDUPAN"!
4 tahun yang lalu tentang Gua Maria Sendang Klayu, saya tulis suatu narasi sbb.
Minggu, 23 Maret 2008
Pagi ini setelah doa ibadat pagi saya bersiap-siap untuk merayakan Paskah bersama umat di stasi Jlegong.
06.45 Bp. Sri dan Bp. Pardiyo mengantar saya dan Fr. Bambang ke Jlegong. Kami menjemput Sr. Yanti, SRM (yang besar maupun yang kecil) dengan adiknya yang ingin ikut juga ke Jlegong. Maksud kami hendak menempuh jalan lebih pendek melalui jembatan Kedung Kidang melintasi kali Keduwang, namun sampai di dekat jembatan, jembatan itu ambrol karena banjir tanggal 26 Desember 2007 yang lalu. Karena itu, kami membalik arah, untuk menempuh jalan panjang menuju Jlegong. Biasanya untuk jarak 32 km Wonogiri – Jlegong dibutuhkan waktu 1 jam saja berkendaraan mobill, tetapi karena jalan panjang kami baru tiba di tempat jam 08.00 saat perayaan Ekaristi Paska dimulai.
Jlegong suatu ceruk antara bukit Watulumbung dan Gunung Gondel. Awal mula tumbuhnya umat di daerah itu terjadi pada tahun 1967. Para perintis umat di daerah itu masih ingat betul swargi Rm. Soetapranitra, SJ (Sandal Jepit) yang setia mengunjungi umat perdana di daerah tersebut. Dengan jubah kelabu dan bersandal jepit Rama yang sederhana ini menyapa umat dengan penuh kasih. Bila Rama berkunjung ia hanya berpesan agar direbuskan ketela pohon, hasil utama tanah berbatu kapur tersebut. Ada sendang yang disebut sendang Klayu. Tempat tersebut semula angker, banyak penduduk menjadi korban gangguan Iblis, menurut tutur kata orang setempat. Katanya, ada seorang menebang pohon yang tumbuh di tempat itu lalu mulutnya mencong. Rm. Soeta berhasil mengusir Iblis yang bercokol di tempat tersebut, bahkan kemudian air sendang Klayu digunakan oleh Rama untuk membaptis orang-orang Katolik perdana di daerah tersebut. Berjumlah belasan orang. Di antara mereka itu adalah Bp. Agustinus Sukarman yang hadir pada perayaan Paskah tahun 2008 ini. Sejak peristiwa pembaptisan tempat tersebut dijadikan tempat doa, yang dilengkapi dengan patung Maria Fatima Sendang Klayu.
Saya bersyukur setelah upacara pembaruan baptis ada dua orang siap dibaptis di kapel Santo Thomas Jlegong. Mereka itu adalah: 1. Fransiska Asisi Megawati Sutarmo Putri, dengan emban baptis ibu Lucia Martini, 2. Cyrilus Fredi Slamet Prihatin, dengan emban baptis Bp. Stephanus Darmosuwito. Saya meminta dengan sungguh-sungguh agar baptisan baru tersebut dicatat dalam Buku Baptis (Liber Baptizmorum) di kantor Sekretariat Paroki Santo Yohanes Rasul Wonogiri. Keteledoran dalam hal ini bisa merugikan umat. Itulah yang kadang kami temui bila kami mengadakan supervisi di parok-paroki.
Setelah misa kami diajak mampir ke rumah pamong umat untuk santap siang. Kemudian, kami berkunjung ke gua Maria Fatima Sendang Klayu. Menuju ke gua jalan tidak mudah. Jalan sangat menanjak mengantar kami sampai di depan gua Maria. Ukurannya kecil saja. Di hadapan Maria kami berdoa ”Salam Maria”, mohon dapat meneladan kesetiaannya mengikuti Tuhan Yesus, puteranya, sampai di puncak Golgota.
Gotongroyong masyarakat
Kira-kira 4 tahun kemudian setelah tuturan narasi tersebut, 10 Juli 2012, ketika pagi itu kami datang di rumah umat kami disambut wajah-wajah berseri, umat Katolik setempat yang pada hari itu mengadakan gotongroyong membangun Gua Maria Fatima Sendang Klayu. Mereka mengangkut pasir dari bawah ke atas untuk bahan bangunan sarana jalan menuju gua Maria. Melalui tangga beton menanjak kami berjalan menuju gua.
Tekad umat untuk membangun kembali gua Maria Fatima Sendang Kelayu sebenarnya terhalang oleh berbagai keterbatasan. Yang terutama dirasakan ialah penyediaan air untuk membangun. Konon, di bawah pohon klayu yang berdekatan dengan pohon sono terdapat mataair. Namun sudah beberapa tahun terakhir ini rembesan air pun tidak tampak. Keprihatinan yang didoakan kepada Tuhan ternyata mendapat perhatian-Nya. Mulai bulan Agustus 2011 air mulai mengalir di tempat itu, tak kunjung henti. Umat meyakini peristiwa itu adalah mukjizat.
Siang itu kami mengadakan perjumpaan dengan umat setempat, kesempatan untuk berbagi pengalaman iman yang berkaitan dengan Gua Maria Fatima Sendang Klayu.
Dituturkan bahwa ada rencana mengganti patung Maria yang berukuran kecil dengan patung dengan ukuran lebih besar. Masalahnya, bagaimana mengangkut patung dengan berat sekitar 3 ton dengan jalan menanjak seperti itu. Masalah tersebut mendapat solusi karena ada seorang pematung yang bersedia membuat patung di tempat. Pembangunan kembali gua itu dimulai dengan upacara misa pada tanggal 8 September 2011. Gotongroyong masyarakat dan kebaikan dari berbagai pihak saling meneguhkan untuk melaksanakan pembangunan. Setelah sebagian patung selesai, diadakan acara memindah patung kecil ke dalam patung besar pada tanggal 13 Mei 2012. Akhirnya patung seluruhnya selesai beberapa hari menjelang kehadiran kami pada 10 Juli 2012.
Pada perjumpaan itu Bp. Antonius Rocharjanto, selaku Ketua Panitia Pembangunan, menceritakan pengalaman imannya ketika merenungkan sejarah keberadaan tempat doa tersebut, bagaimana bunda Maria mendampingi perjalanan rohani umat; diantar oleh Maria umat diarahkan untuk mengenal dan mencintai Tuhan Yesus. Pengalaman iman itu kemudian dituangkan dan syair dan lagu yang diciptakannya.
Gua Maria Fatima Sendang Klayu sebagai tempat ziarah masih perlu dilengkapi dengan berbagai sarana yang memadai. Itulah yang sedang dilakukan oleh umat bersama seluruh masyarakat sekarang ini. Kesediaan berbagi dari siapa pun tentu membuat seluruh masyarakat giat bergotongroyong menyelesaikan pembangunan tersebut. “Sithik ora ditampik, akeh tansaya pekoleh” tentu akan membesarkan hati siapa pun yang mengasihi Maria, bunda Allah dan bunda Gereja. Anda sedia berbagi, silakan!
Marilah kita ikut ambil bagian mewujudkan mimpi umat Jlegong untuk memiliki tempat ziarah, yang dapat menjadi sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan; dan dengan demikian menjadi berkah bagi masyarakat .
Salam, doa ‘n Berkah Dalem,
Muntilan, 12 Juli 2012
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Selasa, 15 Mei 2012
Jatuhnya Sukhoi mungkin sesuai ramalan pendeta Nigeria
Peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat, barangkali telah diramalkan oleh pendeta Temitope Balogun Joshua asal Nigeria tiga hari sebelum kejadian.
Pemimpin organisasi The Synagogue, Church of All Nations (SCOAN) yang memiliki kemampuan cenayang mengatakan hal itu dalam rekaman video misa Minggu 6 Mei lalu yang diunggah ke situs Youtube, seperti dilansir www.myjoyonline.com, Rabu (10/5).
Dalam penglihatan indera keenamnya, Joshua mengaku melihat berita terbaru di televisi tentang jatuhnya sebuah pesawat. "Mereka mencari sesuatu hilang dan membawa banyak orang," kata Joshua. Dia melanjutkan melihat sebuah pesawat besar datang ke Indonesia dan membawa banyak penumpang, lalu jatuh. Dia menambahkan warna pesawat itu biru dan peristiwa itu bakal terjadi Rabu.
Sukhoi SuperJet 100 menabrak tebing di Gunung Salak Rabu lalu saat unjuk kebolehan sebagai rangkaian pertunjukan keliling oleh pabrik Sukhoi Civil Aircraft di sejumlah negara di Asia Tenggara dan Asia Tengah. Pesawat itu mengangkut 45 orang, termasuk delapan warga Rusia.
Hingga kini evakuasi masih terus berlangsung. Proses ini memakan waktu lama lantaran lokasi jatuhnya Sukhoi itu sulit dijangkau.
Joshua merupakan pendeta pernah menimbulkan kontroversi karena ramalannya. Dia pernah memprediksi kematian Presiden Malawi Bingu wa Mutharika pada sebuah misa, empat hari sebelum pemimpin negara itu tutup usia.
Pendeta 48 tahun ini juga memiliki stasiun televisi Nasrani, Emmanuel TV, yang menjadi bagian dari SCOAN. Beberapa pemimpin negara Afrika, yakni Presiden Ghana John Atta Mills, Perdana Menteri Zimbabwe Morgan Tsvarangai, dan Presiden Malawi Joyce Banda bersama politikus lain menjadi tamu tetap dalam misa di gerejanya.
Selain beberapa peristiwa itu, Joshua juga pernah meramalkan kemenangan Francois Hollande dalam pemilihan presiden Prancis awal Mei lalu dan kematian legenda pop Michael Jackson pada 2009.
Namun mesti diingat kalau ramalan terbukti benar, namanya kebetulan. Jika meleset, itu keniscayaan.
Sumber: merdeka | Berita Sukhoi
Minggu, 05 Juni 2011
Senin, 07 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)